Seminar World Rabies Day 2022
Seminar World Rabies Day 2022
Rabies hingga saat ini menjadi salah satu dari sekian banyak zoonosis yang kasusnya masih bermunculan di berbagai provinsi di Indonesia, termasuk Bali. Perlu adanya dukungan, seiring fokus pemerintah ditujukan ke upaya pengendalian dan penanggulangan rabies. Peran berbagai pihak sangat diperlukan untuk bisa memberikan berbagai kontribusi untuk mempercepat program penanggulangan rabies di Bali.
Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dinas Kesehatan Provinsi Bali, AIHSP, IAKMI Pengda Bali, dan Udayana One Health Collaborating Center, menyelenggarakan Seminar World Rabies Day 2022. Acara Seminar World Rabies Day 2022 dengan tema “Peran Akademisi dalam Penanggulangan Rabies di Bali” dilaksanakan secara hybrid dengan titik lokasi utama di ruang dr. Made Djelantik, Gedung FK, Denpasar. (30/9/2022)
Acara Seminar World Rabies Day 2022 di hadiri oleh Wakil Dekan Bidang Akademik dan Perencanaan Fakultas Kedokteran Hewan Unud, Dr. drh. I Gusti Ngurah Sudisma, M.Si yang pada kesempatan ini mewakili Rektor Unud. Dalam sambutannya beliau menyampaikan dari tahun 2008 Bali dinyatakan terpapar rabies. Hingga 14 tahun penyakit rabies tersebut belum bisa ditangani dengan baik. Harapannya program Bali bebas rabies di tahun 2030 bisa ditangani bersama dengan baik agar Bali hijau di bidang rabies. Walaupun tidak signifikan, infeksi rabies tetap mengancam Bali di kawasan pariwisata dunia karena rabies merupakan penyakit alamiah bagi hewan. Tingkat kematian kasus rabies hampir 100% sehingga pemerintah dan masyarakat wajib serta melindungi wilayahnya masing-masing.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU menyampaikan saat ini rabies masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dimana dari 34 provinsi di Indonesia baru 8 provinsi yang terbebas dari rabies. Berdasarkan laporan bulan Agustus 2022 jumlah kematian akibat rabies sebanyak 37 kematian, oleh karena itu kita harus bekerja keras untuk membebaskan provinsi lainnya dari kasus rabies.
“Jajaran pemerintah dan masyarakat harus bekerja keras melaksanakan penanggulangan untuk mencapai eliminasi rabies global di tahun 2030. Di dunia termasuk di Indonesia sekitar 98% kasus rabies adalah dampak gigitan anjing. Sedangkan kematian rabies pada manusia ditentukan oleh penanganan luka gigitan secara tepat, vaksinasi anti rabies dan pemberian serum anti rabies.” Imbuh beliau.
Seminar kali ini menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya yaitu Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K)., Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Sp.MK(K)., dr. Ronelo Abila., dan penelis Kadek Puja Astawa, S.E., M.H., Dr. drh. I Made Subrata, M.Erg., I Made Abdi Negara., Anak Agung Istri Inten Wiradewi, S.Pt., M.Si., Cipto Adi Gunawan dengan moderator dr. Putu Ayu Swandewi Astuti, MPH., Ph.D dan Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, MNS.
Acara ini turut dihadiri Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU., Gubernur Bali yang diwakili oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dr. dr. Nyoman Gede Anom, M.Kes., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Informasi FK Unud Prof. dr. I Md. Ady Wirawan, MPH., Ph.D., Ketua One Health Collaborating Center (OHCC) Unud, Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Sp.MK(K)., Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Pengurus Daerah Bali, Dr. I Made Kerta Duana, S.KM., MPH., dan Australia Indonesia Health Security Partnership.