Implementasi Sistem Bank Sampah Digital dalam Menanggulangi Permasalahan Nonorganik di Desa Katung, Kintamani
Bertepatan dengan Hari Raya Waisak yaitu pada tanggal 16 Mei 2022, Program Studi Sarjana Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Udayana mengadakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang berlokasi di Desa Katung, Kintamani. Kegiatan ini merupakan pengimplementasian oleh Program Studi Sarjana Teknik Industri terhadap salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Permasalahan yang dialami oleh Desa Katung adalah kurangnya pengetahuan yang cukup mengenai pemilahan sampah dengan benar, teknik pengolahan sampah nonorganik, serta masih belum optimalnya fasilitas penunjang pada pengolahan sampah. Kegiatan ini dihadiri oleh pelaksana kegiatan diantaranya, para Dosen dan beberapa perwakilan Mahasiswa Program Studi Sarjana Teknik Industri, pengurus atau perbekel dari Desa Katung.
Sebelumnya, pihak Teknik Industri Universitas Udayana sudah berkunjung ke Desa Katung untuk berdiskusi mengenai masalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pemilahan sampah. Kegiatan ini dibagi menjadi dua sesi, sesi pertama diawali dengan sosialisasi dari pintu ke pintu oleh mahasiswa kepada masyarakat setempat mengenai cara memilah sampah dengan memberikan pemahaman bagaimana sampah organik itu dapat memiliki nilai. Kemudian, dilanjutkan dengan sesi implementasi bank sampah digital oleh masyarakat. Bulan Mei dimanfaatkan untuk melakukan sosialisasi dan ditargetkan pada bulan Juni program Bank Sampah Digital sudah mulai dijalankan.
Wayan Sutika menyampaikan kajian yang dilakukan di Kabupaten Bangli menyatakan bahwa diharapkan tiap satu orang menghasilkan 0,4 kg sampah per hari. Di mana sampah tersebut terdiri dari 82% sampah organik, 15% sampah nonnorganik yang bisa didaur ulang, 2% residu, dan 1% sampah spesifik. Terdapat 105 hingga 207 jenis pemilahan sampah yang harus dilakukan. Namun, menyadari bahwa itu merupakan hal yang rumit bagi masyarakat awam maka masyarakat hanya diminta untuk menyiapkan 3 jenis wadah untuk tiap rumah tangga. Hal tersebut berkaitan dengan tiga pola utama yang wajib dilakukan dalam pengelolaan sampah skala rumah tangga. Jadi sampah akan dipilah menjadi 3 jenis, yaitu: organik, nonorganik, dan residu. Khusus untuk residu terdapat metode pengolahan dan penanganan. Metode pengolahan merupakan tanggung jawab masyarakat sebagai penghasil sampah. Namun, untuk beberapa jenis residu diperlukan penanganan khusus yang akan dibantu oleh pemerintahan desa nantinya.
Koordinator Program Studi Sarjana Teknik Industri, Dr. A. A. I. A. Komala Dewi, S.T., M.T. menyampaikan bahwa tiap 1 KK (kepala keluarga) akan disediakan 3 wadah untuk memisahkan jenis-jenis sampah yang ada. Penggunaan tiga jenis wadah tersebut, antara lain untuk plastik lembaran (plastik bening, polybag, plastik mika, dan sejenisnya), plastik botolan atau rongsokan (wadah atau bahan kecantikan, aluminium, ember, dan sejenisnya), dan jenis-jenis kertas (kardus, kertas cetak, dan sejenisnya). Tiga jenis wadah itu disarankan untuk diletakkan di belakang rumah dan tidak terkena sinar matahari maupun hujan. Pada saat sosialisasi mengenai wadah tersebut, diharapkan seluruh anggota keluarga berada di rumah untuk pemahaman yang lebih menyeluruh. Pihak Prodi sudah menyiapkan 100 karung dan akan dibagikan masing-masing tiga jenis wadah kepada setiap rumah tangga.
Selain itu, Wayan Sutika, pihak dari aplikasi digital pengelolaan sampah, juga membahas mengenai manajemen pengelolaan sampah berbasis digital yang wajib diketahui dan dipelajari masyarakat. Dari permasalahan sampah yang ada, dicetuskanlah sebuah aplikasi bank sampah digital bernama DYWIK Kader untuk menjadi sarana dalam mengentaskan permasalahan sampah dimanapun dan dapat digunakan di Desa Katung. DYWIK Kader memiliki beberapa fitur layanan mengenai pengelolaan sampah, diantaranya adalah fitur pencatatan sampah, fitur pengiriman sampah, info saldo/kas, artikel, dan laporan setor tarik. Aplikasi ini juga memberikan informasi mengenai harga dari jenis sampah yang diterima oleh Bank Sampah serta nilai rupiah yang dapat diperoleh masyarakat.
Acara ini disimpulkan oleh Wayan Sutika bahwa kegiatan ini diadakan untuk menciptakan siklus ekonomi di desa. Diharapkan masyarakat desa katung tidak hanya mengurangi pembuangan sampah tetapi juga dapat mengubah sampah tersebut menjadi bernilai dan memiliki harga.